Cuacanya cukup mengerikan, aku
terbangun ketika aku merasakan temperatur udara semakin dingin bukan karena ac
mobil namun memang cuaca di luar cukup membuat ku bergedik karena awan gelap
yang semakin menggumpal seakan siap untuk segera meledakkan isinya. Benar saja,
hanya hitungan detik rintik-rintik hujan turun dan saat aku mulai sadar total
dari rasa kantuk, hujan semakin lebat, seakan-akan menampar mobil kami yang
terus melaju namun tidak secepat sebelumnya. Hujan lebat ini semakin membekukan
tubuhku yang hanya mengenakan kaos hitam berlengan pendek dan celana jeans
pendek kesukaanku. Tidak ada pilihan lain selain menggigil karena semua pakaian
yang sudah di persiapkan di ransel adalah pakaian khusus ke pantai, jadi tidak ada
jaket maupun pakaian hangat lainnya. Perjalanan pun sepertinya masih sangat
panjang, jadi aku hanya mengepalkan tangan berusaha menghangatkan diri sambil
memikirkan rencana liburan di pantai selama 2 hari yang sepertinya akan
ditemani awan-awan kelabu. Ini tidak menyenangkan pikir ku, aku adalah penikmat
sinar mentari. Ya, aku sangat menyukai saat seluruh tubuhku bermandikan sinar
matahari bila aku berada di pantai, namun akan menjadi musuhnya bila sudah
tidak berada di kawasan pantai. Entah mengapa, tapi aku merasa pantai dan
matahari adalah kesatuan yang tidak terpisahkan dan bila salah satunya
menghilang maka aku merasa lebih baik menjauhinya saja. Sambil terus berpikir, aku
menyenderkan kepalaku ke kaca jendela sambil melihat pabrik-pabrik yang
berjejer rapi di sisi jalan lintas trans sumatera dan beberapa orang-orang,
mungkin para pekerja yang berlari panik menghindari hujan, motor-motor yang
menepi, dan beberapa anak-anak kecil yang tertawa riang, berlompatan di
tengah-tengah derasnya hujan. Lalu, aku menguap dan mataku terasa berat.
Aku menguap panjang dan membuka
mataku yang masih sangat berat dan tersadar bahwa aku tertidur lelap kembali
saat memikirkan liburan yang tidak akan berjalan lancar karena cuaca yang tidak
mendukung. Aku mengusap kedua mataku dan baru benar-benar sadar bahwa aku telah
sampai di Grand Elty Krakatao, tempat tujuan kami berlibur. Rintik-rintik hujan
masih turun seakan-akan menari-nari dengan gembira dan sungkan berhenti untuk bergembira.
Perjalanan selama 1 jam 30 menit tak terasa karena aku tertidur, perjalanan yang cukup jauh ini mengantarkan ku untuk berlibur
selama 2 hari di Grand Elty Krakatao yang terletak di Trans Sumatera Km. 45,
Merak Belatung, Kalianda, Lampung
Selatan. Tak terasa perjalanan dari Bandar Lampung, ibukota dari provinsi
Lampung ke lokasi tujuanku. Sebenarnya bila hujan tidak terlalu deras, cukup 1 jam saja maka aku bisa sampai pikir ku sambil mengambil ransel
beberapa barang yang sudah ku persiapkan untuk berlibur. Liburan kali ini memang
sudah terencana namun aku tidak mengecek cuaca yang akan datang, kesalahan yang
tidak boleh terulang di liburan mendatang. Sejak merencanakan liburan di daerah Lampung,
aku hanya melakukan pengecekan pantai-pantai dan penginapan dengan fasilitas
yang lengkap tanpa mempedulikan cuaca. Pantai adalah tempat yang paling ku sukai, maka tanpa berpikir 2 kali, aku langsung mengecek pantai sebagai
tempat tujuan.
Saat melakukan pencarian, aku
sedikit kesulitan karena banyak sekali pantai-pantai yang indah di seluruh
Lampung, tapi sebagian besar lokasi masih sulit di akses karena masih belum dikelola dengan baik oleh masyarakat dan kurangnya perhatian dari pemerintah
setempat, sehingga masih kurang penginapan yang ditawarkan, bila ada penginapan
yang ada tapi masih sangat sederhana sekali. Namun, pada akhirnya aku memilih
untuk berlibur di Kalianda karena penginapannya terletak di pinggir pantai yang
sudah dikelola dan di awasi oleh pihak resort. Selain itu, pengunjung bisa
melakukan banyak aktivitas yang cukup membuat kami bersenang-senang selama 2
hari di sana.
Saat kami datang, jarum jam menunjukkan pukul tiga. Ku pikir, matahari masih sempat untuk hadir dan memberi ku sedikit kehangatan tapi matahari sepertinya terlalu malu menampakkan
diri. Walau begitu aku merasa lautan biru dengan sesekali gulungan ombak yang
tenang, desir angin laut yang khas, rintik hujan, awan kelabu dan cicitan
burung merpati seakan menyambut kedatangan ku. Keindahan ini membuat ku tergoda
untuk mendekati hamparan air biru yang tenang itu lebih dekat, tapi aku masih
berdiri terdiam sambil menatap ragu dan masih berharap matahari bersinar cerah,
walau hanya sinar redup pun pasti akan lebih indah.
Akhirnya, aku memutuskan untuk
berjalan santai menuju dermaga yang menjorok ke tengah lautan, dermaga ini ada
dalam kawasan resort jadi semua nampak tertata dengan rapi, aku hanya sendiri
sambil menatap lautan luas yang selalu membuat ku tenang. Tidak ada pengunjung
lainnya selain aku dan burung-burung merpati yang terbang dengan santai lalu mendarat
di bebatuan yang saling tindih menindih di sisi dermaga. Aku berlari-lari kecil
menerjang angin yang menerpa wajah dan menerbangkan rambut panjangku yang
terurai. Rintik hujan mulai reda, udara lembab sehabis hujan yang begitu khas
sungguh menyejukan. Hadapanku terwujud, perlahan-lahan gumpalan awan kelabu
mulai menghilang.
Kemudian cuaca mulai membaik,
beberapa tamu mulai bermain volley pantai yang memang disediakan di resort. Aku
kembali mendekati resort dan duduk di kursi santai sambil memandangi mereka
yang sedang bermain volley, di latar belakangi langit sore yang kekuningan dan
hamparan laut yang tenang. Mereka berlarian mengambil posisi dan mata mereka
tak lepas dari bola yang terus melambung kesana kemari, melompat, menerjang,
bola terjatuh ke tanah. Mereka berlarian saling berpelukan dan tertawa akan
kemenangan, di sisi lainnya, menendang pasir putih halus dengan mimik wajah
kekalahan namun kembali serius menyusun strategi baru.
Sambil terus menyaksikan permainan
dan temaram sore yang indah di pinggir pantai, tak terasa hari semakin gelap,
tercium aroma yang mengundang ku untuk bangkit dan mengarahkan ku ke restoran semi-outdoor yang memang jaraknya tidak
terlalu jauh dari lapangan volley dan futsal. Aku mengambil tempat duduk yang
membuatku bisa melihat pemandangan laut malam yang dihiasi beberapa lampu dan
obor-obor yang memberikan kesan hangat
dan penuh kekeluargaan.
Malam semakin larut namun energi
masih tersimpan banyak setelah menyantap makan malam, kami terus mengobrol, di
selingi tawa dan senyuman sambil melangkahkan kaki kami ke bar & longue. Suara-suara merdu di iringi musik yang
mengalun dengan ceria dan semangat membuat kami melanjutkan malam ini dengan
bermain bilyar yang di latar belakangi beberapa tamu hotel yang juga ikut
bernyanyi, di iringi pemain musik yang berusaha mengimbangi penyanyi-penyanyi
dadakan tersebut. Mereka sudah terbiasa pikir ku, meladeni tamu-tamu yang
memiliki jiwa penghibur tapi tidak tercapai. Aku terus bermain dan merasakan waktu
seperti menghilang, tapi aku menyadari bahwa sekarang sudah cukup larut sehingga membuat ku menyudahi permainan. Aku merasa kantuk tak tertahan dan berpamitan untuk
beristirahat.
Semoga di hari kedua, cuaca akan bersahabat :)





No comments:
Post a Comment